Senin, 18 Januari 2016

Perjuangan Suami

Malam ini aku tanpa sengaja membaca pesan di hp suami, isinya ada seorang customer yang marah karena mobilnya mengalami kendala entah dibagian mananya yang jelas aku kurang paham masalah itu. Kebetulan suami ku seorang Service Advicer di salah satu bengkel ternama di bawah naungan astra groub.
Memang bidang kerja suamiku adalah pemberian pelayanan, namanya juga pelayanan, pasti yang diharapkan adalah kepuasan pelanggan. Tetapi perlu diingat, pelayan itu pun hanyalah seorang manusia. Ia memiliki keterbatasan dan kekurangan, memang tujuan atau visi misi dari sebuah perusahaan adalah mengurangi kesalahan atau mungkin planning mereka malah zero complaint or zero accident. Tapi bagaimanapun juga perlu diingat bahwa sekali lagi, yang bekerja ini MANUSIA bukan malaikat atau robot.
Kembali ke topik pembahasan, jadi si customer ini marah dan minta di tindak lanjuti oleh bengkel bahkan kalau perlu dari pihak pembuat mobilnya.
Menurut yang saya perkirakan, mungkin tadinya mobilnya tidak kenapa kenapa tapi setelah di service kenapa malah terjadi masalah oleh karena itu ia mengajukan komplain. Mungkin karena merasa sudah beli mobilnya mahal dan service juga mahal kok malah tidak memuaskan. Sekali lagi perlu di tekankan, yang mengerjakan service itukan manusia, mungkin memang terjadi kesalahan dan itu kan bisa dibicarakan baik baik. Kenapa sampai bawa bawa pabrik pembuatan mobilnya. Berfikir egois aku sampai berkata dalam hati "nah kamu siapa sampai bawa bawa nama pabriknya" walau memang benar sih, 1 suara itu bisa mempengaruhi semua tetapi attitudenya dia ketika komplain aku rasa cocok dikasih nilai 3 dari 10. Hal yang seperti ini kadang membuat suamiku merasa lelah. Ia sempat mengeluh kalau capek kerja seperti ini terus. Tapi mau keluar juga harus ada pekerjaan yang tetap dulu. Sebagai seorang istri aku hanya bisa menyemangati suamiku dan mendoakan ia supaya selalu sehat dan dalam lindungan Allah.
aku juga mengatakan padanya kalau dimana pun pekerjaan itu dan bagaimanapun jenisnya pasti adakalanya kita akan merasa capek dan jenuh, begitupu  aku yang notabenenya seorang ibu rumah tangga, pasti ada sisi jenuhnya dan capek. 
Setelah membaca pesan itu, aku melihat suamiku yang tertidur disebelahku. Kasihan rasanya, kadang aku terlalu cerewet dan menuntut ini itu. Kadang aku juga bertindak egois dengan tidak memahami posisinya yang capek yang lelah. Semoga semua lelah dan usahamu selalu mendapatkan ridho dari yang maha kuasa yah suamiku. Aku dan farani selalu ada disampingmu...

Jumat, 08 Januari 2016

koleksi handmade

salah satu koleksi handmade dengan tema shabby chic...
untuk koleksi lainnya follow my ig @fentytrinitie_broshandmade

Kaya dan Miskin

Dalam segi kehidupan bermasyarakat tentu kita akan banyak menjumpai beraneka macam dan ragam sikap dan sifat manusia. Tidak menuntut kemungkinan dari semua itu pasti ada yang kita sukai dan tidak. Perbedaan suku, agama, ras, budaya dan pendidikan pun bisa jadi pembeda yang sangat berarti.
Namun nyatanya yang paling mencolok adalah pembeda dari segi materi antara si kaya dan miskin. Sekarang kita lihat disekitar kita, kadang kita bisa melihat suatu kelompok yang beranggotakan para orang kaya atau kelompok dengan anggota orang biasa. Kenapa bisa terjadi seperti itu? menurut pendapat saya, gaya hidup merekalah yang mengelompokkan mereka. Orang kaya berkumpul dengan mereka yang kaya dan membicarakan tentang apa yang baru mereka beli apa yang ingin mereka beli, dan bayangkan jika ditengah tengah obrolan mereka ada 1 orang biasa yang mungkin tidak mampu untuk mengikuti gaya hidup yang seperti itu, apakah ia akan merasa nyaman? tentu jawabannya tidak.Secara alamiah orang itu akan menjauh dari kelompok tersebut. Mereka yang hidup biasa-biasa saja pasti akan merasa jengah dengan topik pembicaraan yang seperti itu. Dan lebih kejamnya lagi, kehidupan saat ini seperti itu adanya. Yang miskin akan semakin miskin dan yang kaya akan tetap kaya. Sering saya berfikir, andaikan saya orang kaya, saya ingin menggunakan uang saya untuk pendidikan saya. Mungkin saya akan mengambil kursus bahasa dan bisa melanjutkan kuliah di luar. Tapi bersyukurlah saya karena saya masih mampu kuliah di dalam negri. Lantas bagaimana dengan orang lain yg mungkin kehidupannya tidak seberuntung saya?. Lihatlah, mereka selalu diremehkan, kurang diperhatikan, terlantar dan terlupakan. Disaat mereka mati matian bekerja untuk sesuap nasi, ada sebagian dari mereka yang dengan mudahnya menghamburkan uang mereka. Adilkah kehidupan ini? mereka yang miskin pun tidak memilih untuk terlahir dengan kehidupan yang seperti itu. Dan bersyukurlah mereka yang terlahir dengan kehidupan yang mapan karena sesungguhnya kaya atau miskin masing masing adalah sebuah ujian kehidupan.

note : tulisan ini hanya berdasarkan pemikiran dan asumsi saya. Jika ada yang tidak berkenan silahkan sampaikan pendapatnya. Tetapi apapun pendapat itu, asumsi saya tetaplah begitu adanya. berpendapat itu bebas...dan saya juga tidak mengusik anda. trimakasih.

SALAM