Selasa, 07 Januari 2014

ELGA Part 1

Derai angin bertiup begitu kencang, membat gugur daun-daun kering yang berjajar indah di sepanjang jalan kota lama ini. Seperti dalam drama Korea yang sering tayang pada televisi. Awan mendung mulai berjalan pelahan menutupi seisi kota dan rintik-rintik gerimispun mulai berjatuhan. Sungguh akhir-akhir ini cuaca sangat kurang bersahabat. Siang yang biasanya panas kini nampak seperti sore menjelang malam.
“Hujan kali ini akan bertahan lama.” gumam Elga yang dari tadi sudah hendak pulang sekolah tetapi mengurungkan niatnya karena melihat mendung yang begitu gelap, ternyata malah terjebak hujan disekolahan.
“Kamu sih, diajak pulang dari tadi masih ribet ajah.” Ujar Yoga yang sudah 6 bulan terakhir ini menjadi pacar Elga. Entah apa yang membuat Yoga si Ketua Tim Bola Basket memilih Elga yang kata teman-temannya adalah si anak kutu buku, bahkan yang lebih kejam adalah mereka mengartikan kutu buku sebagai kutu yang ada di buku.
“Aku takut kehujanan, soalnya aku bawa banyak artikelnya anak-anak, nanti kalau basa atau rusakkan aku yang mesti tanggungjawab.” Jelas Elga  dan hanya dibalas anggukan kepala oleh Yoga yang kemudian memilih duduk agak menjauh dari Elga. Dari kejauhan Yoga mengamati Elga yang duduk sambil mendongakkan kepalanya keatas menatap setiap tetes air hujan yang turun. Dalam benak Yoga tersirat kenapa dia bisa memilih Elga yang jelas-jelas bukan merupakan tipe dan seleranya untukk dijadikan pacar. Semakin mendalam Yoga memikirkannya, sama sekali tidak ada keistimewaan yang bisa ia temukan dari sosok Elga. Selama 6 bulan terakhir ini, Yoga sama sekali tidak pernah mengajak Elga pergi keluar berdua. Sabtu malam minggupun Yoga tidak menggunakannya untuk pergi kerumah Elga. Apakah Elga merasa ini tidak adil baginya atau apapun itu, hanya Elga yang tahu. Karena pada dasarnya Elga memang bukan seorang gadis penuntut. Elga selalu menerima alasan yang diberikan Yoga saat Yoga melakukan salah, entah itu melanggar janji atau apa.
“Yoga, kamu mau pulang dulu?” tanya Elga tiba-tiba sehingga membuyarkan lamunan Yoga.
“Masih gerimis, entar ajah.” Jawab Yoga sambil memalingkan pandangannya dari Elga.
“Kamu kan bawa Jas hujan, kalau kamu pulang duluan ga pa-pa ko’, nanti aku bisa naik agkota.” Jelas Elga, Elga tahu kalau Yoga pasti akan sangat bosan kalau harus disuruh menunggunya sampai hujan benar-benar berhenti.
“Oh..gitu yah, OK lah kalau begitu, kamu hati-hati yah!”
“OK.” Elga tersenyum kearah Yoga yang kemudian mmeninggalkannya sendiri disekolah. Yoga memang hanya memiliki satu buah jas hujan, sehingga itu hanya bisa dipakai untuknya saja.


Yoga mengeluarkan motornya setelah memakai jas hujannya terlebih dahulu. Ia sempat berfikir apa tiak apa-apa meninggalkan Elga sendiri disekolahan dengan kondisi masih hujan seperti ini. Tetapi secepatnya ia menghapus pikiran itu dan  segera melajukan motornya meninggalkan sekolahan. Dari kejauhan Elga melihat Yoga ddan kemudian tersenyum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar