“Bagus kalau kau masih mengingatku”.
Vian berjalan mendekati Septa yang terduduk dilantai, otomatis Septa beringsut
menjauh. Ruangan ini kosong hanya ada satu kursi, seperti kamar yang belum ada
isinya. Ada pintu dan jendela yang tertutup tirai putih yang sepertinya menuju
kearah balkon rumah.
“Kau tidak perlu takut karena aku
tidak akan menyakitimu kalau kau menuruti apa yang aku perintahkan dan tidak
berusaha kabur dari tempat ini, jika kau berusaha untuk kabur maka akibatnya
akan fatal”. Ancam Vian.
“Terus anda mau apa dengan
menyekap saya disini?”. Tanya Septa yang masih bingung dengan keadaan ini
semua. Septa merasa tidak pernah membuat kesalahan ataupun memiliki masalah
dengan Vian. Septa hanyalah seorang anak yatim piatu tidak memiliki saudara dan
untuk urusan rekan kerja hanyalah sebatas teman yayasannya. Sejak kecil Septa
sudah tinggal di Yayasan di mana ia bekerja saat ini.
“Aku tidak akan menjelaskannya
sekarang, kau akan tahu bila saatnya sudah datang. Ingat, jangan coba-coba
kabur dari tempat ini”. Ancam Vian sekali lagi sambil menjauh hendak
meninggalkan Septa.
“Tunggu”. Vian menghentikan
langkahnya ketika Septa beteriak. “Aku mau ke toilet”.
Vian lupa kalau Septa sudah
pingsan hampir 3 jam, pantas kalau saat ini ia ingin ke kamar kecil.
“Kau ini”. Racau Vian. Vian
mengantar Septa keluar KAmar dan menuju kamar kecil yang letaknya ada di ujung
lorong. Seperti dugaan Septa, ia dikurung di lantai dua dan itu memang sebuah
kamar. Sepertinya ini sebuah rumah yang belum di huni, terlihat masih belum ada
barang-barang di rumah ini. Septa memperhatikan sekeliling keadaan yang ada di
rumah ini.
“Apa yang kau lihat? Mencari celah
untuk bisa kabur?percuma tidak akan bisa”. Vian dari tadi memperhatikan Septa
yang melihat-lihat kondisi sekeliling rumah.
“Ah tidak, bukan begitu. Hanya
saja rumah ini, rumah ini kosong tidak ada apa-apa”. Septa tergagap.
“Tidak penting, cepat sana ke
kamar kecil”.
Sudah hampir 2 minggu Septa
berdiam diri dirumah ini tepatnya di kamar tempat ia pertama kali disekap. Bedanya
sekarang sudah ada ranjang, alamari dan kelengkapan kamar sebagaimana mestinya,
tetapi tetap saja dengan penjagaan ketat. Diluar kamar ada 2 orang laki-laki
dan 2 orang perempuan yang bertugas untuk menjaga Septa. Hari hari septa
dihabiskan hanya dengan berdiam diri di dalam kamar. Makan dan minum ia lakukan
di dalam kamar, bahkan ketika ke kamar kecil ada penjaga perempuan yang
mengikutinya.
Kalau aku terus-terusan begini bisa mati bosan aku disini. Aku harus
mencari cara untuk bisa kabur dari rumah ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar