Terakhir kali yang ia ingat ketika
ia pulang kerja, hujan sangat lebat tapi ia memutuskan untuk tetap pulang,
karena bila tidak ia akan terus terjebak ditempat kerjanya sementara malam
makin larut. Septa berjalan menembus hujan dengan paying kecil di tangannya dan
ketika di ujung jalan tiba-tiba sebuah tangan kekar merenggutnya dari belakang
dan kemudian semuanya gelap. Tidak ada perlawanan atau apapun karena semuanya
begitu cepat.
“Kau sudah bangun rupanya”. Sebuah
suara asing menyapanya saat pertama kali matanya terbuka. Ini gelap dan pemilik
suara itu tahu Septa terbangun.
Septa mengusap matanya, kepalanya
terasa pusing dan berat. “Ada dimana ini?”. Septa berusaha untuk mencari dimana
dia sekarang.
“Kau tak akan tahu, ini tempat
yang jauh dari kehidupanmu yang dulu. Sekarang kau ada disini untuk Aku.” Suara
itu membuat Septa bingung. Klik.. terdengar suara dan tiba-tiba lampu menyala,
Septa mengerjapkan kedua matanya. Silau.
“Mengingatku?”. Septa melihat
orang yang tentunya ia kenal di depan matanya, beriri dengan angkuh dan
tersenyum jahat.
“Anda?” Septa terperangah, Vian
yang ia tahu adalah pemilik yayasan dimana Septa bekerja. Ia pernah melihatnya
sekali pada saat malam penggalangan dana. Vian hadir sebagai pembuka acara dan
saat itu Septa adalah Koordinator Penggalangan Dana. Hanya sebatas itu Vian
yang ia tahu selebihnya tidak ada sama sekali. Lalu ada hubungan apa Vian
dengan yang Septa alami hari ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar