Minggu ini sekolah akan
terasa sangat ramai karena seperti pada tahun-tahun yang lalu kalau hari ulang
tahun sekolah pasti kegiatan belajar mengajar selama satu minggu akan berkurang
dan itu yang telah lama ditunggu oleh para siswa. Banyak kegiatan lomba-lomba
antar sekolah yang akan diadakan disini. Dan pastinya wajib diikuti oleh
seluruh siswa siswi.
“Ulang tahun sekolah kali ini
kamu mau ikut lomba apa El?” tanya Yoga saat mengantarnya pulang sekolah.
Walaupun seperti ada jarak diantara mereka tapi setiap berangkat dan pulang
sekolah Yoga selalu bersama Elga.
“Aku nggak ikut apa-apa.”
Jawab Elga singkat.
“Kalau tahun lalu ikut apa?”
Elga menggelengkan kepala. Yoga jadi heran kenapa Elga seperti memberikan jarak
diantara dirinya dan Yoga. Padahal biasanya Elga antusias menjawab pertanyaan
Yoga.
“Kamu kenapa El?” tanyak
Yoga. Dan kembali lagi Elga hanya menggelengkan kepala.
“Aku turun didepan yah.”
“Kamu mau kemana?”
“Ada urusan sebentar, kamu
pulang ajah dulu nanti aku naik angkota.”
Sebelum turun dari mobil Elga tak lupa
mengucapkan terimakasih.
Tumben-tumbenan dia seperti itu, kenapa yah?? Dan jawaban dari penasaran Yoga pun
tak terjawab.
Elga yang meminta untuk turun
tadi berjalan menuju sebuah kesebuah kedai minuman kecil disalah satu gang. Dia
menemui seorang pemuda yang usianya
mungkin lebih tua 3 tahun dari usia Elga sekarang.
“Hai, tumben!” sapa pemuda
yang bernama Tyo itu. Elga duduk disalah satu bangku dan menundukkan kepalanya kemudian
menangis.
“Kenapa?” Tyo segera
menghampiri Elga dan tangis Elga semakin menderu.
“Aku salah apa? Dia
tega, aku benci dia. Dia...” Elga
takmampu meneruskan kata-katanya.
“Dia siapa?” Tanya Tyo yang
sepertinya penasaran.
“YOGA.” Jawab Elga kemudian
ia terdiam dan mulai bercerita.
Siang itu Yoga tidak ada
jadwal untuk latihan dan biasanya Yoga dan teman-temannya akan berkumpul di
ruang olahraga. Elga yang mau bilang ke Yoga kalau ia mau pulang lebih dahulu
berniat menemui Yoga di ruang olahraga dan sebelum ia masuk ia sempat mendengar
pembicaraan Yoga dan teman-temannya yang menyangkut Elga.
“Udah berapa bulan tuh sama
si kutu buku, awet nih.” Goda Zaki dan diikuti derai tawa yang lain.
“Iya tuh, adem ayeem ajah.
Betah tuh, emang asyik yah jalan sama dia?” celetuk yang lain, Irwan.
“Ahh...kalian, kayak nggak
ngerti ajah. Bisa dibayangin sendirikan, jalan sama orang aneh kayak dia. Udah
pendiem, ga asyik, bikin boring.
Huuuuffftttt....kalo ga gara-gara aku pengen tunjukin ke kalian kalau aku mampu
bertahan sama dia selama satu tahun, udah dari dulu kali tuh monster aku lempar
ke samudra Pasifik.” Jelas Yoga an diiringi tawa semua temannya.
“Sadis Mas brooo..” ujar Sandy.
“Peduli amet. Amet ajah ga
peduli sama dia. Hahahaha.....” .
Dan belum sempat Elga
mendengarkan semua pembicaraan dari mereka, ia langsung berlari menjauh dari
ruangan yang seharusnya ia tiak pernah masuk kesitu atau bahkan berhubungan
dengan orang yang ada didalamnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar