Sabtu, 25 Oktober 2014

Koleksi Jaeri Craft 4

Uyeeeeee lagi kenceng-kencengnya upload foto hasil dari kreasi jaeri craft nih..




Kamis, 23 Oktober 2014

Koleksi Jaeri Craft 3

Masih dengan tetap upload beberapa koleksi dari Jaeri Craft yah...

1

2

3

4

5

ELGA Part 4

Sejak kejadian itu, Elga mulai merubah sikapnya, entah itu dirasakan oleh Yoga atau tidak.
Sementara itu, ternyata diluar kedai sudah ada Yoga yang mendengar semua pembicaraan dari Elga dengan Tyo. Yoga hanya terdiam, kemudian ia berbalik menuju mobilnya. Ternyata setelah Elga turun dari mobilnya, Yoga yang merasa penasaran memutuskan untuk mengikuti Elga pergi. Sungguh suatu hal yang diluar dugaan, bagaimana ia harus bersikap besok saat bertemu Elga. Sungguh situasi yang rumit dan Yoga juga merasa bersalah pada Elga yang sebenarnya sangat tidak pantas ia perlakukan seperti itu.
“Terus, apa rencanamu selanjutnya?? Memaafkan dia atau memutuskan hubunganmu dengan dia?” Tanya Tyo.
“Aku nggak tahu, tapi aku sakit hati. Aku berusaha jadi yang terbaik untuk dia, tapi…” tangisnya kembali menghentikan perkataannya. Tyo hanya terdiam dan mengelus bahu Elga.
*****************************
Keesokan harinya, Yoga tidak menjemput Elga seperti biasanya. Mereka berangkat sekolah sendiri-sendiri dan saat disekolahpun, saat keduanya berpapasan keduanya seperti tidak kenal satu sama lain. Tapi setelah berjalan cukup jauh, Yoga memalingkan pandangannya untuk melihat Elga. Sungguh begitu berubah sikap Elga. Elga yang dulu selalu tersenyum untuknya walaupun mungkin dalam hatinya tidak demikian sekarang terasa begitu dingin. Kalau saja Yoga tidak mendengarkan percakapn kemaren, pasti ia akan bingung dengan sikap Elga yang seperti ini, atau mungkin ia akan pura-pura tidak tahu.
Hari pertama perayaan ulang tahun sekolah dibuka dengan acara dance dari para dancer sekolah dan selanjutnya yaitu acara lomba-lomba yang tertera dijadwal. Yoga sempat mencari sosok Elga di sekian banyak kerumunan para siswa cewek tetapi tidak menemukannya. Ia berfikir apakah Elga memilih untuk menyendiri karena masalah kemarin, dan menurut Yogapun itu hal wajar yang pasti akan dilakukan oleh orang yang sakit hati.
Setelah selesai permainan, Yoga berniat mencari Elga. Ia memutuskan untuk minta maaf. Tetapi ia sama sekali tidak dapat menemukan Elga. Lalu ia menghampiri Susan salah satu sahabat Elga.
“San, lihat Elga nggak?”
“Cari ajah sendiri.” Jawab Susan jutek.
“Plisss san, penting nih.”
“Hellooooo…..mau apa nyari’in Elga, belum puas yah bikin sakit hatinya.”
“Maksudnya?”
“Nih anak pura-pura bego lagi.”
“Oh..Iya, aku emang salah dan aku mau minta maaf sama dia.”
“Percuma”
“kok…”
“Elga sekarang mungkin udah dalam perjalanan ke Jogja. Tadi dia kesekolah Cuma mau pamit sama guru-guru ajah.”
“Ke Jogja????”
“Ga tahukan kamu?? Soalnya dari dulu kamu emang ga pernah mau tahu tentang Elga. Sebaik apapun Elga sama kamu, tapi tetep kamu ga akan bisa suka sama dia.” Yoga hanya terdiam mendengar penjelasan Susan.
“Elga tahu kok kalau kamu ga suka sama dia, Elga merasa kalau kamu selalu terpaksa saat sama dia. Tapi aku ga nyangka kalau kamu sangat kejam. Kamu udah biarin Elga selalu nunggu kamu.” Yoga tetap terdiam.
“Coba kamu pikir selama ini, apa yang kamu suka dan kamu ga suka Elga tahu semua. Tapi kamu, apa yang kamu tahu tentang Elga. Elga sudah menyerah dengan hubungan yang seperti ini. Empat hari yang lalu rencananya Elga mau memberitahu masalah ini ke kamu dan bertanya tentang hubungan kalian. Tapi omonganmu sama teman-temanmu sudah cukup memberinya jawaban dari pertanyaannya.”
“Jadi….”
“Udahlah, kamu pikir sendiri.” Susan berlalu meninggalkan Yoga yang merasa menyesal karena perilakunya terhadap Elga. Dan apapun yang terjdi, nasi sudah menjadi bubur. Tidak ada lagi Elga si pacar yang kutu buku selalu menemaninya dan selalu menyediakan bekal dan minum saat ia latihan Basket. Tidak ada lagi Elga yang selalu tersenyum menunggunya. Dan kini hanya ada rasa sesal. Mungkin sudah tidak berarti, tetapi andai ada kesempatan untuk bertemu kembali, Yoga pati akan meminta maaf dan akan meminta Elga untuk dapat terus menemaninya. Karena yang ia rasakan selama ini salah. Ia yang merasa Elga membosankan, itu bukanlah Elga yang membosankan, tetapi Yoga lah yang tidak mampu untuk membawa suasana sehingga membuat Elga juga enggan untuk berbicara. Dalam hatinya Yoga berjanji akan menemukan Elga kembali suatu saat nanti.

Tunggu sampai aku lulus SMA ini dan aku akan menemukanmu kembali.

Koleksi Jaeri Craft 2

Alhamdulillah semua yang Jaeri Craft buat tidak ada yang sia-sia, semuanya laku terjual
1

2

3

4

5

Koleksi Jaeri Craft 1

Hii semua, mencoba untuk membagikan gambar-gambar dari koleksi Jaeri Craft yang lebih fresh dan terbaru, tapi ada beberapa yang memang sudah Sold Out..
1

2

3

4

5

Muncul Kembali




Setelah sekian lama menghilang dari dunia ke nge-Blog-an (bahasanya ga enak banget)... Muncul kembali dengan Alhamdulillah kondisi yang sehat dan sedang hamil 9 bulan anak pertama.
Kesibukan selama hampir 9 bulan ini tetap sama yaitu membuat bros handmade, barangkali ada yang minat untuk lihat koleksi-koleksi ready stok dari Jaeri Craft langsung ajah follow instagramnya di @fentytrinitie_broshandmade atau bisa juga kunjungi facebook Jaeri Craft


Minggu, 02 Februari 2014

Bros Kolaborasi Part 3

Haiiiii All Readers...
Setelah sekian lama belum sempat posting akhirnya hari ini bisa juga posting..
Hari ini aku akan posting bros kolaborasi di februari ini...
ini foto-foto yang aku upload juga di Instagram.
jangan lupa kunjungi instagram Jaeri-Jaeri yah,,, @fentytrinitie














Add caption

Rabu, 29 Januari 2014

Dompet Kecil,Pouch,Dompet Koin???

Hallo Readers...hari ini berlalu dengan 5 jam bikin Dompet kecil/Pouch/Dompet koin terserahlah mau dinamai apa ajah juga boleh..multifungsi..:)
ini tuh cerita asal muasalnya inget-inget kalo ke kondangan kan biasanya pakai tas melulu, tas kecil buat isi amplop gitu.
Nah pas kemaren liat foto temen di nikahannya temen, dia lagi tenteng-tenten dompet gitu..dompet gold.
jadi keinget kalau aku nggak punyak dompet yang modelnya kayak gitu.
Iseng-iseng coba buat...
lumayanlah hasilnya,,walaupun dibuatnya bener-bener handmade jahitnya pakai tangan..


warna coklat dengan paduan bunga warna gold..hehehehe...
agak kurang besar sih kalo dibawa ke kondangan, tapi lumayanlah..punya dompet 5 jam..
(efek gak punya mesin jahit)

Kamis, 23 Januari 2014

ELGA Part 3

Minggu ini sekolah akan terasa sangat ramai karena seperti pada tahun-tahun yang lalu kalau hari ulang tahun sekolah pasti kegiatan belajar mengajar selama satu minggu akan berkurang dan itu yang telah lama ditunggu oleh para siswa. Banyak kegiatan lomba-lomba antar sekolah yang akan diadakan disini. Dan pastinya wajib diikuti oleh seluruh siswa siswi.
“Ulang tahun sekolah kali ini kamu mau ikut lomba apa El?” tanya Yoga saat mengantarnya pulang sekolah. Walaupun seperti ada jarak diantara mereka tapi setiap berangkat dan pulang sekolah Yoga selalu bersama Elga.
“Aku nggak ikut apa-apa.” Jawab Elga singkat.
“Kalau tahun lalu ikut apa?” Elga menggelengkan kepala. Yoga jadi heran kenapa Elga seperti memberikan jarak diantara dirinya dan Yoga. Padahal biasanya Elga antusias menjawab pertanyaan Yoga.
“Kamu kenapa El?” tanyak Yoga. Dan kembali lagi Elga hanya menggelengkan kepala.
“Aku turun didepan yah.”
“Kamu mau kemana?”
“Ada urusan sebentar, kamu pulang ajah dulu nanti aku naik angkota.”
Sebelum turun dari mobil Elga tak lupa mengucapkan terimakasih.
Tumben-tumbenan dia seperti itu, kenapa yah?? Dan jawaban dari penasaran Yoga pun tak terjawab.
Elga yang meminta untuk turun tadi berjalan menuju sebuah kesebuah kedai minuman kecil disalah satu gang. Dia menemui seorang pemuda yang  usianya mungkin lebih tua 3 tahun dari usia Elga sekarang.
“Hai, tumben!” sapa pemuda yang bernama Tyo itu. Elga duduk disalah satu bangku dan menundukkan kepalanya kemudian menangis.
“Kenapa?” Tyo segera menghampiri Elga dan tangis Elga semakin menderu.
“Aku salah apa? Dia tega,  aku benci dia. Dia...” Elga takmampu meneruskan kata-katanya.
“Dia siapa?” Tanya Tyo yang sepertinya penasaran.
“YOGA.” Jawab Elga kemudian ia terdiam dan mulai bercerita.
Siang itu Yoga tidak ada jadwal untuk latihan dan biasanya Yoga dan teman-temannya akan berkumpul di ruang olahraga. Elga yang mau bilang ke Yoga kalau ia mau pulang lebih dahulu berniat menemui Yoga di ruang olahraga dan sebelum ia masuk ia sempat mendengar pembicaraan Yoga dan teman-temannya yang menyangkut Elga.
“Udah berapa bulan tuh sama si kutu buku, awet nih.” Goda Zaki dan diikuti derai tawa yang lain.
“Iya tuh, adem ayeem ajah. Betah tuh, emang asyik yah jalan sama dia?” celetuk yang lain, Irwan.
“Ahh...kalian, kayak nggak ngerti ajah. Bisa dibayangin sendirikan, jalan sama orang aneh kayak dia. Udah pendiem,  ga asyik, bikin boring. Huuuuffftttt....kalo ga gara-gara aku pengen tunjukin ke kalian kalau aku mampu bertahan sama dia selama satu tahun, udah dari dulu kali tuh monster aku lempar ke samudra Pasifik.” Jelas Yoga an diiringi tawa semua temannya.
“Sadis Mas brooo..” ujar Sandy.
“Peduli amet. Amet ajah ga peduli sama dia. Hahahaha.....” .

Dan belum sempat Elga mendengarkan semua pembicaraan dari mereka, ia langsung berlari menjauh dari ruangan yang seharusnya ia tiak pernah masuk kesitu atau bahkan berhubungan dengan orang yang ada didalamnya.

Rabu, 22 Januari 2014

Apa yang akan kita katakan dan lakukan? -Cahyani-

Seorang anak perempuan usia 9 tahun memiliki 3 orang adik yang masih kecil, orang tuanya hanya pekerja serabutan, bapaknya penjual tahu dengan kondisi sakit kaki. Untuk berjalan, sang bapak dibantu oleh tongkat yang itu pun hasil pemberian oleh tetangga. Ibunya hanya bekerja sebagai penganyam bambu yang mendapatkan upah Rp.50 setiap 1 bambu besek yang mampu ia jual. Dalam kehidupan gadis kecil itu hanya keinginan sederhana yang ingin ia miliki, selama hidupnya ia tidak pernah makan coklat. Bermimpi unutk bisa makan coklat pun terasa sangat sulit. Setiap hari ia hanya makan sepiring nas dengan air hangat dan garam sebagai pendampingnya.
Cita-citanya ingin menjadi seorang guru, ingin bisa melanjutkan sekolahnya dan melihat adik-adiknya juga mampu untuk melanjutkan sekolah mereka. Sungguh impian yang sangat mulia di tengah-tengah hingar bingar kota dan kepadatan para orang-orang mampu yang mungkin ada yang beranggapan bahwa sekolah tidak begitu penting.
Apa yang akan kita lakukan dan kita katakan jika Tuhan memberikan posisi itu kepada kita?
Apa yang akan dan mampu kita katakan...
Bersyukurlah kita yang masih diberikan kecukupan hingga saat ini. Mampu untuk bersekolah dan setidaknya masih bisa merasakan makan makanan yang layak. Menikmati coklat yang bagi gadis kecil itu adalah hal yang mewah, hal yang tidak mungkin...Bersyukurlah... -Cahyani "Si Gadis Kecil Penjual Tahu"-


Karawang, 22 Januari 2014
Fenty Nur Sayit

Selasa, 21 Januari 2014

Bros Kolaborasi Part 2

Selamat Siang Para Readers..
Postingan Kembali nih..
Leeeeeeeet's seeeeeeee.....

Bros A04
Harga : Rp 15.000
Material : Pita Organdi, Kain Katun, Kain satin, Mutiara Imitasi

Bros A05
Harga : Rp. 15.000
Material : Pita organdi, Pita Satin, Mutiara Imitasi

Bros A07
Harga : Rp. 12.000
Material : Pita Satin, Pita Organdi, Mutiara Imitasi

Bros A08
Harga : Rp. 9.000
Material : Pita Satin




Senin, 20 Januari 2014

Bros Kolaborasi

Hai...hai...Readers...
Ayo dilihat lihat dulu koleksi handmade aku....

Bros kolaborasi dalam setiap sesion hanya dibuat 1 kali dan pada sesion berikutnya belum tentu dibuat lagi. Jadi kalau suka dan minat buruan beli daripada nanti menyesal.


Bros A01
Harga : Rp. 15.000
Material : kain pita satin, kain katun, mutiara imitasi

Bros A02
Harga : Rp. 16.000
Material : Kain Chiffon motif, Pita Satin, Mutiara imitasi
Bros A03
Harga : Rp. 16.000
Material : Kain Chiffon, Kain Katun, Pita Satin



Untuk sementara ini pertanyaan dan order dilakukan Via Email ya Readers.




Minggu, 19 Januari 2014

Elegan nggak harus blink-blink

Hallloooooo Readers...

Waktu bikin judulnya bingung mau kasih judul "Elegan dengan Bros Kain" kok aneh banget kayaknya, nggak menggugah selera (Berhubungkan aku mau buka lapak hehehe..)akhirnya judulnya aku ganti dengan judul yang sekarang " Elegan nggak harus dengan blink-blink".
Kadang kita sebagai cewek seneng kalau dibilang Lucu, Imut, Elegan, Dewasa, Manja, Cantik (Pastinya), Pinter dan yang lainnya. Kalau urusan dengan penampilan ada beberapa tipe cewek yang seneng dibilang Lucu, imut, girly dan ada yang lebih seneng kalau dibilang Dewas, Elegan dan banyak lah. Terus apa hubungannya ama Lapak yang aku Share ini yah...Nah..ini dia..
Ada yang bilang kalau kita pakek yang blink-blink kita bakal kelihat Elegan dan Mewah kayak artis itu tuh yang selalu tampil blink-blink..padahal yang mesti harus blink-blink kok untuk tampil elegan, sederhana dan full colour juga bisa menampakkan kalau kita elegan.
UUUppppss...udah mulai kejauhan ini bahasnya, kapan promosi dagangannya kalau gitu.
Ini nih readers jualanku, untuk para wanita...para pria juga boleh kalau mau beliin buat temen, kekasih, istri, ibu, anak, nenek, kakak, tante atau budhe.Daaaannnnn Apakah itu.....
tet tereteteeeeetttttttt....BROS HANDMADE Kreasiku sendiri ditengah kesibukanku nungguin yang tersayang pulang kerja (Nungguin ajah kayak sibuk banget).
Brosnya ada macam-macam Readers, ada yang simple tanpa ada kolaborasi (ceuileeehhh kolaborasi) dan ada yang berkolaborasi antar sesasama Bros.
Penasaran dengan penjelasan panjang kali lebar ku??
Yuuuukkk dilihat ajah wujud aslinya
Nah itu tuh salah satunya...bisa diaplikasikan pakai baju dan kerudung apa saja,...itu namanya bros kolaborasi..hehehe..
harganya murah kok,,,dan yang sepesial...bros kolaborasi ini setiap sesion cuman dibuat 1 ajah...
jadi nggak buat 2 kali dan belum tentu di sesion berikutnya kita bakal buat lagi...
Makanya kalau minat buruan beli daripada ntar nyesel...

Satu lagi tuh readers, kita bisa terlihat elegan dan mewah walaupun nggak pakek blink-blink di aksesoris kita. 
Buat yang nggak suka bros kolaborasi, ada kok bros sederhana yang tetep bikin kamu - kamu terlihat elegan, lucu, unyu, dewasa, keren dan cute banget tergantung dilihat dari segi mana kamu dan orang-orang disekitarmu menilai itu semua....







Selasa, 07 Januari 2014

No Tittle Part 3

“Aku mau ke toilet”. Septa segera berjalan ke ujung lorong dan segera penjaga perempuan itu mengikuti Septa dari belakang. Posisi kamar kecil itu berada disamping tangga menuju kelantai bawah, Septa melirik ke bawah dan beruntung sekali pintu bawah tidak ditutup, sepertinya ada petugas kebersihan yang sedang bersih-bersih. Septa mempercepat langkahnya dan ketika semakin dekat dengan tangga, Septa memutuskan untuk kabur. Septa berlari kencang kearah bawah, kontan saja semua penjaga berhambur untuk berusaha mengejar Septa dan ketika hendak sampai dipintu keluar tiba-tiba “Bruak” pintu tertutup, Vian berdiri dan terlihat sangat marah.
“Mau kemana kau?”.
“V..i..a..n..”.
“Kamu harus diberi pelajaran”. Vian menarik paksa Septa menuju kamar. Septa berteriak-teriak dan memukul-mukul tangan Vian tapi tetap saja cengkraman tangan Vian terlalu kuat untuk Septa.
“Cukup aku sabar dengan tingkahmu, sudah berapa kali aku bilang jangan berusaha untuk kabur Septa”. Vian terlihat sangat marah ketika mereka berada di dalam kamar Septa. Septa sedikit takut dengan sikap dan teriakan Vian. Pasalnya sudah yang ketiga kali ini Septa berusaha untuk kabur, yang pertama ia kabur lewat balkon rumah sehingga membuat pintu yang menuju kearah balkon di kunci dan di rantai tidak bisa terbuka, pada usaha yang pertama Septa gagal karena ketahuan oleh penjaganya. Yang kedua ketika Vian datang dan semua penjaga dipanggil oleh Vian, Septa sempat kabur namun gagal karena Vian memergokinya. Dan kali ini usahanya yang hampir berhasil juga gagal.
“Mau kamu apa? Aku tidak mengerti mau kamu apa, aku bosan dirumah ini AKU BOSAN”. Teriak Septa. Teriakan Septa mampu terdengar oleh para penjaga yang tentunya nanti harus siap-siap kena semprot oleh Vian karena hampir saja membuat Septa kabur.
“Kamu harus menanggung apa yang sudah keluargamu lakukan di masalalu”. Ujar Vian, sorot matanya tampak begitu marah.
“Maksud kamu apa?”.
“Mungkin kamu hanya korban dari kesalahan kakakmu Tio. Kamu tentunya sedikit ingat dengan kakakmu Tio”.
“Kakakku?Tio?Siapa?Aku sama sekali tidak tahu dengan itu semua, aku yatim piatu dan tidak punya keluarga”. Vian tersenyum sisnis, sebenarnya Vian sudah tahu kalau pasti Septa tidak ingat kalau dulunya ia pernah punya keluarga, ia punya orang tua dan kakak laki-laki bernama Tio. Septa adalah anak dari seorang pengusaha perkebunan, Andre Kamajaya. Dulu perusahaan orang tua Septa sangatlah besar dan karena itulah Tio yang memang satu-satu pewaris perusahaan Kamajaya bisa bersikap seenaknya sendiri. Tio lelaki yang sombong dan segala yang ia inginkan harus dipenuhi. Waktu itu Tio ingin menjadikan Mira, kakak perempuan Vian sebagai istrinya namun Mira tidak setuju. Mira tidak mencintai Tio, tetapi bukan Tio namanya kalau keinginannya tidak terpenuhi. Tio menculik paksa Mira dan memaksa Mira untuk mau menjadi istrinya. Keluarga Vian sudah melakukan berbagai cara untuk bisa menemukan Mira, tetapi hukum lebih berpihak kepada uang dan kasus hilangnya Mira tidak diteruskan. Selang beberapa bulan setelah penculikan Mira, mama Vian jatuh sakit karena terlalu depresi memikirkan Mira dan akhirnya meninggal dunia. Sedangkan Papanya mengalami kecelakaan pada saat 1 minggu setelah meninggalnya Mama Vian. Vian hidup sendiri dan ia bertekat untuk membalaskan dendam keluarganya kepada keluarga Kamajaya.
Vian semakin lama tumbuh menjadi seorang pria yang tegar dan pintar, ia mulai membangun bisnis warisan orang tuanya yang sempat hampir bangkrut. Hingga sampai ia mendengar bahwa perusahaan Kamajaya mengalami kebangkrutan karena Tio tidak mampu untuk mengelola perusahaan dengan sikapnya yang suka menghambur-hamburkan uang. Vian juga masih terus mencari keberadaan Mira dan sampai akhirnya ia mendengar bahwa Mira mengalami kecelakaan ketika hendak kabur dari Tio. Vian sangat terpukul ketika tahu berita itu dan saat ini ia membulatkan tekatnya untuk benar-benar harus bisa  membalaskan dendamnya kepada semua keturunan Kamajaya.
Setelah bangkrutnya perusahaan Kamajaya dikabarkan bahwa Andre Kamajaya mulai sakit-sakitan dan akhirnya meninggal dunia. Sementara istrinya beserta Tio dan Septa kecil ketika hendak berpindah dari rumahnya ke rumah warisan neneknya mengalami kecelakaan yang membuat Mama dan Kakak Septa meninggal dunia. Septa pada saat itu masih berumur 4 tahun. Vian yang mengetahui kecelakaan itu berinisiatif untuk membawa Septa dan menaruh Septa di Yayasan keluarganya. Pada saat itu Vian sudah berumur 23 Tahun.
Sekarang Septa sudah besar, Septa sudah berumur 20 tahun, ia tumbuh menjadi gadis cantik dan pintar. Vian juga selalu mengamati setiap perkembangan Septa. Vian berniat membuat Septa merasakan apa yang Mira rasakan. Tersekap di tempat yang kita tidak tahu tanpa ada aktivitas apapun dan tanpa boleh kemanapun itu sangat menyiksa dan itu yang ingin Vian berikan kepada Septa.
“Kau paham”. Penjelasan panjang lebar Vian begitu membuat Septa terkejut. Selama ini ia sama sekali tidak mengingat tentang keluarganya. Tapi ia memamng sering bermimpi seorang wanita yang memeluknya dengan saying, seorang pria muda yang walaupun kelihatannya arogan tapi ketika memandang Septa raut wajahnya berubah jadi begitu hangat. Mungkin mimpi – mimpinya selama ini itu adalah tentang keluarganya.
Tanpa terasa Septa meneteskan air matanya, menangisi kekejaman kakaknya dan menangisi kenapa ia tidak ikut meninggal pada saat kecelakaan itu terjadi.
“Kau seharusnya bersukur karena aku masih mau memungutmu dan membuatmu bisa tinggal serta mendapatkan pekerjaan di Yayasan ku”.
“Aku lebih memilih mati daripada tahu semua kenyataan yang terjadi dimasa lalu keluargaku. Aku sama sekali tidak menahu dengan semua kejadian itu, tetapi kenapa kamu melampiaskan semuanya kepadaku”.
Vian berjalan mendekati Septa, jarak mereka sangat dekat hingga Septa bisa merasakan hembusan nafas Vian di wajahnya. Vian setengah berbisik ketelinga Septa, “Karena kau adalah Kamajaya.”


ELGA Part 2

Sudah 2 jam sejak Yoga pulang dari sekolah, tetapi hujan masih saja belum reda, Yoga sempat khawatir dengan Elga karena Elga pasti masih belum pulang. Walaupun mungkin Yoga tidak sepenuhnya menyukai Elga tapi sedikit tahu bagaimana sifat Elga, Elga adalah tipe orang yang akan menunggu orang yang menyuruhnya menunggu sampai orang itu datang. Karena hal itu pernah dialami oleh Yoga. Waktu itu Yoga sedang ada pertandingan Basket dan iseng-iseng Yoga menggajak Elga untuk menonton dan menyuruh Elga untuk menunggunya disalah satu bangku penonton. Setelah slesei melakukan pertandingan, Yoga tanpa sadar langsung meninggalkan Elga dan pergi bersama teman-teman basketnya. Baru 3 jam kemudian ia sadar kalau ia tadi datang bersama Elga dan saat ia kembali kelapangan, ia melihat Elga masih menunggunya. Saat ditanya kenapa ia Elga masih menunggunya, Elga menjawab aku menunggumu karena tadi kamu bilang kamu akan kesini lagi, saat aku lihat kamu pergi bersama teman-temanmu mungkin kamu sekarang ingin menghabiskan waktumu dulu dengan teman-temanmu kemudian balik kesini lagi dan ternyata benar, kamu balik kesini lagi.
Sungguh pernyataan yang membuat Yoga tidak bisa berkata apa-apa dan kemudian langsung mengajak Elga pulang. Sepanjang perjalanan ia terus berfikir tentang perkataan Elga tadi, sungguh benar-benar ada dua kemungkinan tentang sikap Elga tadi yang pertama yaitu dia benar-benar cewek polos dan baik atau yang ke dua dia benar-benar cewek bodoh menjelang idiot yang membiarkan dirinya menunggu selama itu, jelas-jelas dia melihat Yoga pergi bersama teman-temannya tetapi ia tetap saja menunggu Yoga.
Stelah mengantarnya pulang Yoga sempat melontarkan prtanyaan sebelum ia meninggalkan rumah Elga.
“Kalau aku tadi ga dateng, apa kamu masih terus nunggu aku?” dalam hati Yoga bekata itu pertanyaan terbodoh dalam hidupnya.
Dengan senyumnya itu Elga menjawab “Tadi aku udah berencana mau pulang kok kalau kamu ga dateng, tapi kan kamu dateng. Aku juga bukan cewek bodoh seperti yang kamu pikir, yang akan terus menunggu kamu sampai tengah malem.” Jawab Elga santai.
Lebih syok lagi saat mendengar ucapan Elga barusan. Dia tiak sepolos yang Yoga bayangkan, tetapi kadang dia juga terlihat begitu polos bahkan menjelang bodoh.
Setelah peristiwa itu Yoga terlihat masih memikirkan perkataan Elga namun seperti biasa, dengan mudah Yoga dapat melupakannya dengan kesibukannya sebagai ketua Tim Basket sekolah.
Cukup untuk berfikir akhirnya Yoga memutuskan untuk kembali kesekolah dengan mengendarai mobilnya, dari kejauhan dia sudah dapat menemukan Elga yang ternyata benar dia masih ada disekolahan. Yoga masuk kealam sekolah dngan mobilnya dan berhenti tepat didepan Elga.
“El, ayo masuk!” teriak Yoga dari dalam mobil. Elga langsung berari dan masuk kedalam mobil Yoga.
“Makasih yah, kamu jemput aku?”
“oh..tadi kebetulan lewat sini terus leat kamu masih disini ya udah aku samperin ajah.” Sangkal Yoga.
“Oww...”
“Kenapa???”

“Ga pa-pa kok, makasih yah.” Dan Yoga hanya menganggukkan kepalanya.

ELGA Part 1

Derai angin bertiup begitu kencang, membat gugur daun-daun kering yang berjajar indah di sepanjang jalan kota lama ini. Seperti dalam drama Korea yang sering tayang pada televisi. Awan mendung mulai berjalan pelahan menutupi seisi kota dan rintik-rintik gerimispun mulai berjatuhan. Sungguh akhir-akhir ini cuaca sangat kurang bersahabat. Siang yang biasanya panas kini nampak seperti sore menjelang malam.
“Hujan kali ini akan bertahan lama.” gumam Elga yang dari tadi sudah hendak pulang sekolah tetapi mengurungkan niatnya karena melihat mendung yang begitu gelap, ternyata malah terjebak hujan disekolahan.
“Kamu sih, diajak pulang dari tadi masih ribet ajah.” Ujar Yoga yang sudah 6 bulan terakhir ini menjadi pacar Elga. Entah apa yang membuat Yoga si Ketua Tim Bola Basket memilih Elga yang kata teman-temannya adalah si anak kutu buku, bahkan yang lebih kejam adalah mereka mengartikan kutu buku sebagai kutu yang ada di buku.
“Aku takut kehujanan, soalnya aku bawa banyak artikelnya anak-anak, nanti kalau basa atau rusakkan aku yang mesti tanggungjawab.” Jelas Elga  dan hanya dibalas anggukan kepala oleh Yoga yang kemudian memilih duduk agak menjauh dari Elga. Dari kejauhan Yoga mengamati Elga yang duduk sambil mendongakkan kepalanya keatas menatap setiap tetes air hujan yang turun. Dalam benak Yoga tersirat kenapa dia bisa memilih Elga yang jelas-jelas bukan merupakan tipe dan seleranya untukk dijadikan pacar. Semakin mendalam Yoga memikirkannya, sama sekali tidak ada keistimewaan yang bisa ia temukan dari sosok Elga. Selama 6 bulan terakhir ini, Yoga sama sekali tidak pernah mengajak Elga pergi keluar berdua. Sabtu malam minggupun Yoga tidak menggunakannya untuk pergi kerumah Elga. Apakah Elga merasa ini tidak adil baginya atau apapun itu, hanya Elga yang tahu. Karena pada dasarnya Elga memang bukan seorang gadis penuntut. Elga selalu menerima alasan yang diberikan Yoga saat Yoga melakukan salah, entah itu melanggar janji atau apa.
“Yoga, kamu mau pulang dulu?” tanya Elga tiba-tiba sehingga membuyarkan lamunan Yoga.
“Masih gerimis, entar ajah.” Jawab Yoga sambil memalingkan pandangannya dari Elga.
“Kamu kan bawa Jas hujan, kalau kamu pulang duluan ga pa-pa ko’, nanti aku bisa naik agkota.” Jelas Elga, Elga tahu kalau Yoga pasti akan sangat bosan kalau harus disuruh menunggunya sampai hujan benar-benar berhenti.
“Oh..gitu yah, OK lah kalau begitu, kamu hati-hati yah!”
“OK.” Elga tersenyum kearah Yoga yang kemudian mmeninggalkannya sendiri disekolah. Yoga memang hanya memiliki satu buah jas hujan, sehingga itu hanya bisa dipakai untuknya saja.


Yoga mengeluarkan motornya setelah memakai jas hujannya terlebih dahulu. Ia sempat berfikir apa tiak apa-apa meninggalkan Elga sendiri disekolahan dengan kondisi masih hujan seperti ini. Tetapi secepatnya ia menghapus pikiran itu dan  segera melajukan motornya meninggalkan sekolahan. Dari kejauhan Elga melihat Yoga ddan kemudian tersenyum.

My New Blog and Post

All Readers..

Akhirnya Blog sederhanaku selesai juga, setelah belajar sana-sani (belajar lewat blog-blog tetangga) dan berhasil juga. Semoga blog ini bisa berguna bagi ku, teman-teman readers dan nusa bangsa (lebayyyy)..
semoga goresan-goresan imajinasi ku ini bisa sedikit menghibur kalian yah...menghibur aku juga tentunya.

Post pertama seharusnya post ini, tapi udah terlanjur nge post cerita bersambung ku "No Tittle"...jangan lupa di baca yah...
akan di update terus ceritanya..selamat membaca...^_^

No Tittle Part 2

“Bagus kalau kau masih mengingatku”. Vian berjalan mendekati Septa yang terduduk dilantai, otomatis Septa beringsut menjauh. Ruangan ini kosong hanya ada satu kursi, seperti kamar yang belum ada isinya. Ada pintu dan jendela yang tertutup tirai putih yang sepertinya menuju kearah balkon rumah.
“Kau tidak perlu takut karena aku tidak akan menyakitimu kalau kau menuruti apa yang aku perintahkan dan tidak berusaha kabur dari tempat ini, jika kau berusaha untuk kabur maka akibatnya akan fatal”. Ancam Vian.
“Terus anda mau apa dengan menyekap saya disini?”. Tanya Septa yang masih bingung dengan keadaan ini semua. Septa merasa tidak pernah membuat kesalahan ataupun memiliki masalah dengan Vian. Septa hanyalah seorang anak yatim piatu tidak memiliki saudara dan untuk urusan rekan kerja hanyalah sebatas teman yayasannya. Sejak kecil Septa sudah tinggal di Yayasan di mana ia bekerja saat ini.
“Aku tidak akan menjelaskannya sekarang, kau akan tahu bila saatnya sudah datang. Ingat, jangan coba-coba kabur dari tempat ini”. Ancam Vian sekali lagi sambil menjauh hendak meninggalkan Septa.
“Tunggu”. Vian menghentikan langkahnya ketika Septa beteriak. “Aku mau ke toilet”.
Vian lupa kalau Septa sudah pingsan hampir 3 jam, pantas kalau saat ini ia ingin ke kamar kecil.
“Kau ini”. Racau Vian. Vian mengantar Septa keluar KAmar dan menuju kamar kecil yang letaknya ada di ujung lorong. Seperti dugaan Septa, ia dikurung di lantai dua dan itu memang sebuah kamar. Sepertinya ini sebuah rumah yang belum di huni, terlihat masih belum ada barang-barang di rumah ini. Septa memperhatikan sekeliling keadaan yang ada di rumah ini.
“Apa yang kau lihat? Mencari celah untuk bisa kabur?percuma tidak akan bisa”. Vian dari tadi memperhatikan Septa yang melihat-lihat kondisi sekeliling rumah.
“Ah tidak, bukan begitu. Hanya saja rumah ini, rumah ini kosong tidak ada apa-apa”. Septa tergagap.
“Tidak penting, cepat sana ke kamar kecil”.
Sudah hampir 2 minggu Septa berdiam diri dirumah ini tepatnya di kamar tempat ia pertama kali disekap. Bedanya sekarang sudah ada ranjang, alamari dan kelengkapan kamar sebagaimana mestinya, tetapi tetap saja dengan penjagaan ketat. Diluar kamar ada 2 orang laki-laki dan 2 orang perempuan yang bertugas untuk menjaga Septa. Hari hari septa dihabiskan hanya dengan berdiam diri di dalam kamar. Makan dan minum ia lakukan di dalam kamar, bahkan ketika ke kamar kecil ada penjaga perempuan yang mengikutinya.

Kalau aku terus-terusan begini bisa mati bosan aku disini. Aku harus mencari cara untuk bisa kabur dari rumah ini.

No Tittle

 Tempat apa ini, begitu sepi dan gelap. Tidak terdengar aktifitas apapun disana yang ada hanya sepi, senyap. Perlahan Septa membuka matanya, gelap, hanya itu yang ia rasakan. Diamana dia??.
Terakhir kali yang ia ingat ketika ia pulang kerja, hujan sangat lebat tapi ia memutuskan untuk tetap pulang, karena bila tidak ia akan terus terjebak ditempat kerjanya sementara malam makin larut. Septa berjalan menembus hujan dengan paying kecil di tangannya dan ketika di ujung jalan tiba-tiba sebuah tangan kekar merenggutnya dari belakang dan kemudian semuanya gelap. Tidak ada perlawanan atau apapun karena semuanya begitu cepat.
“Kau sudah bangun rupanya”. Sebuah suara asing menyapanya saat pertama kali matanya terbuka. Ini gelap dan pemilik suara itu tahu Septa terbangun.
Septa mengusap matanya, kepalanya terasa pusing dan berat. “Ada dimana ini?”. Septa berusaha untuk mencari dimana dia sekarang.
“Kau tak akan tahu, ini tempat yang jauh dari kehidupanmu yang dulu. Sekarang kau ada disini untuk Aku.” Suara itu membuat Septa bingung. Klik.. terdengar suara dan tiba-tiba lampu menyala, Septa mengerjapkan kedua matanya. Silau.
“Mengingatku?”. Septa melihat orang yang tentunya ia kenal di depan matanya, beriri dengan angkuh dan tersenyum jahat.
“Anda?” Septa terperangah, Vian yang ia tahu adalah pemilik yayasan dimana Septa bekerja. Ia pernah melihatnya sekali pada saat malam penggalangan dana. Vian hadir sebagai pembuka acara dan saat itu Septa adalah Koordinator Penggalangan Dana. Hanya sebatas itu Vian yang ia tahu selebihnya tidak ada sama sekali. Lalu ada hubungan apa Vian dengan yang Septa alami hari ini.